Setelah Bu Salsa, Bidan Rita, Kini Jaksa Tasya Mengaku Korban Deepfake Porn – Dunia Maya Semakin “Kreatif”
Jakarta, 26 Maret 2025 – Dunia maya seakan-akan tidak pernah kehabisan “kejutan” yang membuat masyarakat terbelalak. Kali ini, setelah Bu Salsa dan Bidan Rita, giliran Jaksa Tasya yang mengaku menjadi korban dari deepfake porn, fenomena yang semakin marak di dunia digital. Seperti yang kita ketahui, teknologi deepfake—yang memungkinkan manipulasi video dan foto hingga menyerupai seseorang—kini menjadi senjata baru bagi para pelaku kriminal digital yang ingin merusak reputasi seseorang dengan cara yang sangat efisien dan “kreatif”.
Jaksa Tasya, yang mengabdi sebagai penegak hukum di salah satu instansi negara, tak menyangka bahwa karirnya yang cemerlang akan tercoreng oleh sebuah video deepfake yang menyebar luas. Video tersebut menunjukkan sosok yang sangat mirip dengan Tasya dalam situasi yang sangat tidak pantas—dan tentu saja, di luar kendali hukum yang dipegangnya.
Masyarakat Dibuat Terbelalak, Teknologi Dijadikan Senjata Baru
Kasus ini tidak hanya membuat Tasya terpukul, tetapi juga menambah daftar panjang korban teknologi jahat. Dimulai dengan Bu Salsa, seorang ibu rumah tangga yang videonya yang “terlihat” sedang berbuat asusila tersebar di media sosial, lalu Bidan Rita yang juga terjebak dalam kasus serupa, kini Jaksa Tasya pun menjadi korban. Semua video tersebut adalah hasil dari deepfake porn yang sengaja dibuat oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah bagaimana dunia maya kini seperti memiliki kehidupan sendiri yang semakin liar. Semua orang bisa menjadi “bintang” dalam video yang menyesatkan tanpa mereka pernah terlibat sedikit pun dalam peristiwa tersebut. Jaksa Tasya, yang biasa berurusan dengan perkara hukum serius, kini harus menghabiskan waktunya untuk memperbaiki reputasi digitalnya daripada mengejar kasus-kasus yang lebih mendalam.
Keamanan Digital yang Labil: Apakah Ada Solusi?
Dalam dunia yang semakin canggih ini, mungkin kita perlu bertanya pada diri sendiri: seberapa aman kita dari dunia digital? Seberapa banyak kita bisa mengendalikan citra dan identitas kita ketika orang lain dengan mudah mengedit gambar dan video kita untuk tujuan yang sangat tidak etis?
Tasya, dalam pernyataannya, mengungkapkan bahwa video tersebut tersebar luas di beberapa platform, meskipun ia telah melaporkan kasus ini kepada pihak berwenang. “Ini bukan hanya soal menghancurkan reputasi saya. Ini juga soal apa yang terjadi ketika teknologi digunakan untuk merusak integritas seseorang,” ujar Tasya dalam konferensi pers yang diadakan kemarin. Kepolisian Cyber kini terlibat dalam penyelidikan, namun pertanyaannya, seberapa efektifkah penegakan hukum untuk melawan kejahatan digital seperti ini?
Tentu saja, di balik semua ini, ada pertanyaan besar yang belum terjawab: bagaimana teknologi yang seharusnya membantu, malah menjadi alat perusak? Apakah kita harus menerima bahwa dunia maya yang bebas ini adalah ladang subur bagi para pelaku yang ingin memanfaatkan kemajuan teknologi untuk merusak hidup orang lain?
Sementara itu, Dunia Maya Tetap Bergulir
Kasus deepfake porn ini bukanlah yang pertama, dan sayangnya mungkin juga bukan yang terakhir. Teknologi semakin canggih, namun langkah-langkah untuk mengantisipasi penyalahgunaannya tampaknya masih tertinggal. Di sisi lain, korban dari teknologi yang seharusnya membantu mereka kini harus menghadapi tantangan besar: membersihkan nama baik di dunia yang sama sekali berbeda dari dunia nyata.
Dari Bu Salsa, Bidan Rita, hingga Jaksa Tasya, kita mungkin harus mulai meragukan segala sesuatu yang kita lihat dan dengar di dunia maya. Mungkin, satu-satunya hal yang bisa kita pastikan adalah bahwa dunia maya memang semakin “kreatif” dalam menciptakan drama baru.
Apakah kita akan membiarkan hal ini berlanjut, atau mulai membangun sistem keamanan yang lebih kuat untuk menjaga agar tidak ada lagi korban dari deepfake porn di masa depan? Kita tunggu saja.