Oligarki: Pagar Laut dan Pagar Demokrasi
Ketika Said Didu, mantan Sekretaris Kementerian BUMN, dengan penuh semangat menceburkan diri ke laut untuk mencabut pagar yang menghalangi nelayan di Tangerang, kita disuguhkan sebuah metafora yang begitu nyata tentang kondisi negeri ini.
Pagar-pagar yang dibangun oleh oligarki bukan hanya menghalangi akses nelayan ke laut, tetapi juga menghalangi rakyat dari kesejahteraan dan keadilan. Mereka yang duduk di kursi kekuasaan, yang seharusnya menjadi pelayan rakyat, justru menjadi “jongos” bagi para pemilik modal. citeturn0search7
Negara ini, yang diperjuangkan dengan darah dan air mata, kini berada dalam cengkeraman segelintir orang yang mengendalikan sumber daya dan kebijakan. Mereka merampok negeri ini melalui kebijakan yang mereka kendalikan, sementara pejabat publik tunduk karena berutang logistik kepada mereka. citeturn0search0
Ironisnya, ketika rakyat berteriak meminta keadilan, suara mereka tenggelam di balik tembok-tembok tinggi kekuasaan. Para oligark, dengan segala kekuatan dan pengaruhnya, terus memperkaya diri sementara rakyat semakin terpinggirkan.
Mungkin, sudah saatnya kita semua “menceburkan diri” seperti Said Didu, bukan hanya untuk mencabut pagar-pagar fisik, tetapi juga pagar-pagar tak kasat mata yang membelenggu demokrasi dan keadilan di negeri ini.
Foto: https://pekanbaru.tribunnews.com/2025/01/22/kalian-biadab-penyiksa-rakyat-said-didu-emosi-saat-turun-tangan-cabut-pagar-laut-di-tangerang