đ„ Mardi Waluyo Dibedah Total: Saat Rumah Sakit Milik Rakyat Kehilangan Kepercayaan Pasien
Blitar â RSUD Mardi Waluyo, rumah sakit kebanggaan Kota Blitar yang sempat menjadi rujukan warga, kini memasuki masa “bedah total”âbukan pada pasiennya, melainkan pada tubuh manajemennya sendiri.
Audit besar-besaran yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Blitar bersama auditor independen dari Universitas Brawijaya telah rampung. Hasilnya? Rekomendasi perombakan total manajemen, mulai dari keuangan, pelayanan medis, hingga efisiensi tenaga kerja. Wali Kota Blitar, Syauqul Muhibbin, menyebut ini bukan evaluasi biasa, tapi langkah awal menuju transformasi layanan kesehatan yang selama ini dinilai mandek dan jauh dari harapan publik.
âIni bukan hanya audit. Ini peta jalan baru. Sistem harus dibenahi dari hulu ke hilir,â tegas Ibin, sapaan akrab sang Wali Kota, dalam konferensi pers di Balai Kota, Rabu (24/7).
đž Utang Menumpuk, Pasien Menjauh
Tak banyak warga yang tahu bahwa RSUD Mardi Waluyo selama ini mengalami defisit anggaran dan utang yang menumpuk. Sumber masalahnya? Rendahnya jumlah kunjungan pasien dan ketergantungan ekstrem terhadap klaim BPJS. Sebuah kombinasi mematikan dalam sistem layanan publik yang sudah ringkih sejak pandemi.
Seorang mantan tenaga kesehatan yang enggan disebut namanya menyebutkan bahwa “kadang klaim BPJS belum cair, tapi gaji dan operasional tetap harus jalan.” Ketika pasien enggan datang karena pelayanan yang lambat atau tidak manusiawi, maka lubang keuangan makin menganga. Efek domino pun terjadi: keterlambatan obat, antrean panjang, hingga tenaga medis yang burnout.
đ§± Bangunan Kumuh, Pelayanan Keropos
Warga pun mulai bersuara. Di media sosial, laporan warga + pasien tentang antrean lama, ruang rawat tidak layak, hingga sikap petugas yang “asal jawab” mulai viral. âDatang ke rumah sakit tapi merasa makin sakit,â tulis salah satu akun Instagram @infoblitar.
Audit pun mencatat bahwa infrastruktur fisik perlu dirapikan, manajemen SDM perlu dirasionalisasi, dan orientasi layanan harus diubahâdari birokratis ke humanistik. “Pasien adalah manusia, bukan objek klaim!” demikian bunyi salah satu poin evaluasi auditor UB.
đ Rombak Total, Tapi Butuh Waktu
Meskipun langkah audit ini disambut baik, masyarakat diminta bersabar. Transformasi tidak bisa instan, kata Ibin. Proses ini disebut akan menyentuh semua lini: dari direktur hingga petugas jaga. Tetapi pertanyaannya: apakah perubahan akan menyentuh âakarâ masalah, atau hanya ganti nama dan seragam?
Transparansi pasca-audit pun kini menjadi kunci. Masyarakat Blitar berhak tahu: apa isi audit tersebut, siapa yang akan diganti, dan bagaimana pemantauan dilakukan?
đ Catatan :
Audit memang langkah awal yang baik. Tapi sebaik apapun resep, kalau tak ada dokter yang mau jujur meminumkan obatnya, pasien bernama RSUD Mardi Waluyo akan tetap tergeletak lemasâmenunggu disuntik harapan palsu lagi.
Masyarakat sudah bosan dijadikan pasien dari sistem yang sakit. Kini saatnya rumah sakit yang dioperasi.
Redaksi: Tim Investigasi Edu-Politik.com