Guncangan Senyap dari Tiris: Mengapa Gempa Probolinggo Harus Membuka Mata Kita
Tiris, Probolinggo โ Sabtu pagi, 20 Juli 2025, warga Kecamatan Tiris dikejutkan oleh guncangan gempa yang sempat membuat sebagian besar dari mereka keluar rumah dalam keadaan panik. Meski gempa tersebut tidak menimbulkan kerusakan serius, fenomena ini kembali menyentil kesadaran kita akan pentingnya kesiapsiagaan bencana โ bahkan di wilayah yang tidak termasuk zona merah gempa.
Fakta Terbaru: Gempa Dangkal yang Terasa Luas
Berdasarkan rilis resmi dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika):
- Waktu kejadian: Sabtu, 20 Juli 2025, pukul 06.00 WIB
- Lokasi pusat gempa: Darat, 24 km barat daya Probolinggo, tepatnya di wilayah Tiris
- Magnitudo: 3,6 Skala Richter
- Kedalaman: 7 kilometer
- Dampak: Getaran dirasakan lemah hingga sedang di Tiris dan beberapa desa sekitarnya; tidak dilaporkan adanya kerusakan bangunan atau korban jiwa.
BMKG menegaskan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami, namun tetap mengimbau warga untuk waspada terhadap gempa susulan dan potensi tanah longsor di daerah lereng perbukitan.
Kawasan Tiris: Di Antara Gunung dan Gempa
Tiris berada di wilayah yang dikelilingi pegunungan, termasuk Gunung Argopuro dan Gunung Lamongan. Meski bukan zona utama patahan aktif seperti Lembang atau Palu-Koro, wilayah ini tidak sepenuhnya steril dari aktivitas tektonik. BMKG menyebut gempa ini sebagai akibat aktivitas sesar lokal kecil yang mulai aktif karena akumulasi tekanan lempeng di Jawa Timur bagian timur.
Fenomena ini menjadi catatan penting karena wilayah Probolinggo jarang menjadi sorotan utama dalam peta kegempaan nasional. Namun, nyatanya, rekaman BMKG mencatat beberapa gempa kecil di sekitar kawasan Lumajang dan Probolinggo dalam dua tahun terakhir.
Momentum Menata Kesiapsiagaan Lokal
Gempa ini seharusnya menjadi momentum refleksi, terutama bagi pemerintahan daerah dan masyarakat sipil di Probolinggo, khususnya Kecamatan Tiris:
- Apakah desa-desa sudah memiliki jalur evakuasi dan titik kumpul aman?
- Apakah masyarakat mengetahui bagaimana bersikap saat gempa?
- Sudahkah sekolah-sekolah dan kantor desa menjalani simulasi bencana?
Program edukasi bencana oleh BPBD masih minim menjangkau daerah perbukitan dan desa-desa terpencil. Sebuah ironi, mengingat lokasi seperti Tiris justru rawan longsor dan isolasi jika gempa besar terjadi.
Suara dari Warga
โKami kaget sekali, getarannya cukup terasa. Kami kira ada truk besar lewat, ternyata gempa. Ini yang kedua dalam beberapa bulan ini,โ ujar Ibu Siti, warga Desa Andung Biru.
Sementara itu, perangkat Desa Tiris mengaku belum menerima pelatihan kebencanaan dalam dua tahun terakhir. “Kami mengandalkan informasi dari WhatsApp grup kecamatan, tapi kalau tidak ada jaringan, kami buta informasi,” ujar seorang kepala dusun.
Langkah Ke Depan: Dari Reaktif ke Proaktif
Kita tidak bisa menunggu bencana besar untuk bertindak. Edukasi publik, penguatan sistem peringatan dini, dan pelatihan evakuasi harus dijadikan agenda tetap tahunan, bukan sekadar proyek insidental pasca-gempa.
Bencana adalah panggilan, bukan kutukan. Dan setiap guncangan kecil, seperti yang terjadi di Tiris, adalah alarm untuk bangun, belajar, dan bersiap.
๐ Reporter: Tim Edu-Politik Investigasi
๐ Wilayah Liputan: Tiris, Probolinggo, Jawa Timur
๐ Sumber Data: BMKG.go.id, wawancara warga, BPBD Jatim