Wali Kota Kediri Pimpin Apel Pagi: Dari Ketahanan Pangan hingga Kolaborasi ala ‘Instruksi Senin Pagi’
Kediri – Udara pagi di halaman Balai Kota Kediri, Senin (11/8/2025), segar. Pegawai berjajar rapi, sebagian masih setengah sadar—mungkin karena kopi belum sempat habis, atau karena pikiran sudah terbang ke rapat selanjutnya. Di hadapan mereka, Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati, berdiri mantap. Materi hari ini: Ketahanan Pangan dan Kolaborasi.
Ya, ketahanan pangan. Sebuah istilah yang di telinga birokrat terdengar seperti “tolong pastikan harga cabai nggak bikin rakyat pingsan”. Wali Kota mengingatkan, semua perangkat daerah harus punya andil. Dari Dinas Ketahanan Pangan sampai Sekretariat Dewan—tak ada yang boleh hanya duduk manis di balik meja.
“Kolaborasi itu penting,” tegasnya. Sebuah kata yang sudah seperti jargon nasional: sering disebut, jarang diukur hasilnya. Tapi di Kediri, kata sang Wali Kota, kolaborasi adalah kunci. Entah kunci pintu gerbang lumbung pangan atau kunci hati warga yang mulai bosan dengan rapat tanpa hasil.
Sambil menyelipkan senyum, Wali Kota menyebut ketahanan pangan sebagai fondasi kehidupan. Para pegawai mengangguk—mungkin membayangkan fondasi itu seperti batu bata yang, kalau goyah, harga beras bisa melompat setinggi cicilan rumah.
Bagi sebagian pegawai, apel ini mungkin terdengar seperti kuliah umum gratis: ada motivasi, ada data, ada pesan moral. Tapi bagi warga yang hanya membaca beritanya, harapannya sederhana: semoga “ketahanan pangan” tak berhenti jadi bahan pidato Senin pagi. Karena di pasar, yang tahan hanyalah pedagang menahan tawa saat menyebut harga sayur.
Dengan senyum yang sama seperti awal pidato, Wali Kota menutup apel. Semua bubar, kembali ke rutinitas. Ketahanan pangan kembali jadi PR bersama—kolaborasi pun mulai diuji, bukan di podium, tapi di lapangan.