🎠Gemerlap Malam, Rinciannya Masuk Akal: Mengulik Biaya Kediri Nite Carnival 2025 dari Sudut Pandang Anggaran Publik
Kediri, Jawa Timur – Gemerlap cahaya, parade kostum budaya, dan ribuan pasang mata yang terpukau. Malam itu, Kota Kediri bersinar dalam panggung bertajuk Apeksi Nite Carnival 2025, menyambut para tamu dari seluruh penjuru nusantara dalam perhelatan Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI).
Namun di balik kemeriahan yang terekam dalam sorotan kamera dan tepuk tangan masyarakat, muncul bisik-bisik tajam: “Apakah semua ini menghabiskan uang rakyat?”
🔍 Cek Fakta: Antara Narasi dan Angka
Isu yang mencuat di media sosial menyebutkan bahwa “Kediri Nite Carnival menghabiskan APBD”. Klaim ini memicu pertanyaan kritis di tengah publik soal akuntabilitas anggaran pemerintah daerah.
Namun, berdasarkan data resmi yang dihimpun dari LPSE Kota Kediri dan situs pemerintah kota, biaya penyelenggaraan acara tersebut tercatat hanya sebesar Rp 182.486.000, bersumber dari APBD 2025. Jika dibandingkan dengan total belanja APBD Kota Kediri tahun 2025 yang mencapai Rp 1,8 triliun, maka proporsinya tak lebih dari 0,01% — bahkan lebih kecil dari anggaran pengadaan seragam dinas tahunan.
“Anggaran ini wajar, bahkan sangat minim jika dilihat dari manfaat citra kota dan partisipasi masyarakat,” ujar seorang dosen ekonomi publik dari Universitas Negeri Malang saat dimintai komentar oleh tim Edu-Politik.
🤝 Dukungan Swasta dan Efek Ganda Ekonomi
Yang juga luput dari perhatian publik adalah peran sektor swasta, khususnya PT Gudang Garam Tbk yang menjadi sponsor utama. Perusahaan rokok asal Kediri itu bahkan menampilkan kisah lokal “Ande-Ande Lumut” dalam karnaval, lengkap dengan elemen musik, tari, dan busana daerah.
Di sisi lain, ratusan pelaku UMKM turut merasakan manfaat dari gelaran ini. Lapak makanan, pengrajin batik, hingga pengusaha sound system kebanjiran order.
“Biasanya sepi, tapi pas Kediri Nite, omzet kami naik tiga kali lipat,” ujar seorang pedagang soto yang membuka lapak di sekitar GOR Jayabaya.
đź’¬ Antara Kritik dan Apresiasi
Tentu, wajar bila masyarakat mempertanyakan penggunaan dana publik — itulah tanda kedewasaan demokrasi. Namun, menjadi penting juga untuk membedakan antara kritik berbasis data dan narasi yang tendensius.
Mbak Wali — sapaan akrab Wali Kota Kediri — menegaskan bahwa transparansi dan efisiensi tetap menjadi prinsip dalam pelaksanaan acara.
“Kami ingin acara ini tidak sekadar seremonial, tapi juga momentum pertumbuhan ekonomi kreatif dan promosi budaya,” ujarnya dalam konferensi pers seusai acara.
✍️ Sorot yang Mencerahkan, Bukan Membakar
Dalam era digital yang penuh desas-desus, penting bagi publik untuk tidak terjebak pada opini viral tanpa verifikasi. Malam itu, mungkin yang tampak hanyalah parade warna dan bunyi. Tapi di baliknya, ada cerita tentang perencanaan, efisiensi, dan kebanggaan kota.
Kediri Nite Carnival memang bercahaya, tapi bukan untuk membakar APBD — melainkan untuk menyalakan semangat identitas dan ekonomi lokal.
Penulis: Tim Edu-Politik.com