Macan Putih Berlatih di GDJ, Rakyat Kediri Dapat Apa?
Oleh: Tim Redaksi
Kediri, 2025 – Aroma keringat atlet dan rumput sintetis kini akrab di Gelora Daha Jayati (GDJ), stadion anyar yang makin ramai disebut setelah Coach Ong Kim Swee mengaku terkejut. Tapi, bukan karena guncangan gempa atau kabar kenaikan BBM, melainkan karena… lapangannya sudah siap!
“Biasanya stadion baru nunggu rumputnya tumbuh dulu, ini malah rumputnya sudah bisa diajak ‘main-main’,” ujarnya, mungkin sambil membandingkan dengan taman belakang rumahnya di Malaysia.
Warga Kediri, tentu, ikut bangga. Sekali-sekali viral bukan karena kecelakaan atau tawuran. Tapi di balik gemuruh latihan Persik, rakyat bertanya lirih: “Lha, kami dapat apa?”
Rakyat Bicara: Dari Sate Ayam ke Satir Kenyataan
“Anak saya sampai sekarang daftar sekolah nunggu sistem zonasi yang belum jelas, tapi stadion kok sudah bisa dipakai buat latihan,” keluh Bu Sari, penjual sate di sekitar stadion. “Alhamdulillah sih, pembeli jadi nambah. Tapi saya bingung, ini yang maju olahraga atau UMKM dadakan?”
Pak Tono, guru honorer yang sudah 12 tahun mengabdi, juga ikut menimpali. “Kalau stadion cepat jadi, berarti bisa dong ruang kelas dan fasilitas sekolah kami juga disulap dalam waktu singkat? Jangan cuma lapangan bola yang disiram anggaran.”
Antara Tribun dan Transparansi
Ong Kim Swee memuji tribun GDJ yang dekat dengan lapangan. Tapi rakyat Kediri lebih ingin tribun itu juga dekat dengan transparansi anggaran dan program sosial. Mungkinkah kelak tribun itu bisa dipakai untuk:
- Seminar publik anggaran daerah?
- Festival rakyat gratis?
- Vaksinasi massal atau pasar murah?
Sayangnya, saat ditanya soal rencana pemanfaatan stadion bagi masyarakat umum, seorang pejabat (yang tak mau disebutkan namanya karena sedang ngopi) hanya menjawab singkat, “Nanti kita pikirkan, prioritas sekarang… bola dulu.”
Solusi: Dari Stadion ke Strategi Rakyat
Daripada menunggu keajaiban, warga Kediri mengajukan solusi kreatif:
- Hari Rakyat Masuk Stadion: Setiap minggu, masyarakat bisa gunakan GDJ untuk olahraga, edukasi, atau pertunjukan seni daerah.
- Transparansi Tiket dan Sewa: Sistem sewa stadion dibuka ke publik. Warga bisa ikut mengawasi dana masuk dan penggunaannya.
- Ruang Terbuka untuk UMKM: Sediakan stan resmi di sekitar stadion untuk warga berjualan tanpa pungli.
- Pelibatan Sekolah Lokal: Stadion jadi tempat edukasi luar kelas — anak-anak bisa belajar olahraga, jurnalisme olahraga, atau event management langsung di lapangan.
Macan Boleh Putih, Rakyat Jangan Abu-Abu
Stadion megah bukan sekadar simbol kemajuan. Jika tidak diiringi keterlibatan dan kebermanfaatan nyata untuk rakyat, ia bisa jadi monumen hening — tempat para pejabat berfoto, lalu lupa siapa yang membayar pembangunan itu.
Jadi, sebelum GDJ jadi singkatan dari “Gedung Disediakan buat Jagoan”, mari ubah jadi:
Gelora Demokrasi dan Jaminan Kesejahteraan.
Karena di akhir peluit, bukan cuma tim yang harus menang. Rakyat pun ingin skor kehidupan yang lebih baik.